/indra nara persada/
DALAM SUSUMU DALAM PEKASIHMU
Selamat tinggal sayang. Dalam susumu
kutemu sebilah pisau
mengiris-iris mulutku.
Selamat tinggal sayang. Dalam pekasihmu
kutemu sebilah mimpi
meliang-liang langkahku.
. 14 juni 1984
/indra nara persada/
KEPING TUBUHKU MENGGELIAT
dalam dingin menusuk-tusuk mencabik pagi dini
keping tubuhku menggeliat, di ranjang
kaudatang menating piring mengumpulkan sendok
menenteng garpu menggerumas nafsu memamah tubuhku.
kepalaku hilang aku tak tahu.
. 1 februari 1984
/indra nara persada/
PEREMPUAN PERAMAN
perempuan peraman itu menggeliat
daunpintunya membuka. buahdadanya
pisau menganga membagi-bagikan pahanya
“zulaikha! zulaikha!”
: adalah firman
perempuan dan
bijimangga mengelupas
. 7 februari 1984
/indra nara persada/
PEREMPUAN-PEREMPUAN KECIL
ITU
seperti i kecil perempuan-perempuan kecil itu
menawar-nawarkan seekor monyet
seperti a kecil perempuan-perempuan kecil itu
tak lagi perutnya kecil
seperti tanda koma, tak kecil akan makna
mereka bertanya: - langkah Kaukah?
. 1984
/indra nara persada/
PEMANCING ITU
Pemancing itu terbahak seketika
tali pancingnya bergerak naik
turun. Ia mendengus
terkulai melihat kepalanya.
. 1982
/indra nara persada/
MENJELANG SUBUH HARI INI
aku yang tak tahu dari mana hendak ke mana seperti tersadar
tiba-tiba berbalik setelah sebuah ketergesaan. kulihat
cahaya,
ridho kecil berlari memanggil-manggil sepanjang jalan
kampung berbatu-batu. waktu kugendong, ia mengadu
tentang saku bajunya robek ketika terjatuh mengikutiku.
“ridho harus tanya dulu mau ke mana,” kataku.
. selasa, 31 januari
1984
/indra nara persada/
SEEKOR ANJING SEEKOR
ALAP-ALAP
seekor anjing terkaing. Kaingngng..!
seekor alap-alap menyambar. Lapar. Wushhhhh…!
Pisau di tangannya
. maret 1983
/indra nara persada/
MUSIM PUN LURUH
hujan! musim pun luruh
dalam gemuruh
keluh
. 1983
/indra nara persada/
ENGKAU
engkau selalu berdenyut
dalam waktu
tanpa jam tanpa rindu
engkau selalu ada
dalam ruang
tanpa liang tanpa batu
engkau
Kekasihku
. 1984
/indra nara persada/
MARI KITA PETIK
Sayang, mari kita petik di ladang ini
sebuah peluru kendali.
Aku menanamnya di perutmu
sambil menunggu anak-anak kita.
Pada waktunya peluru kendali itu kita bagikan
pada PLO dan para mujahidin.
Bukan untuk siapa-siapa, sayang
cuma untuk kita berdua.
. 1982
No comments:
Post a Comment