/indra nara persada/
NYANYIAN KESEDERHANAAN
(Lihatlah gadis kecil membawa perian
Pundaknya menggulung harapan
Dengarkan gemercik bukit-bukit ini
Bernyanyi bagimu negeri)
Tanah ini bernyanyi sayang
:
Adalah kami bukit bukit kehidupan
dari kabut menyapu jalan
sayang, itu bukan kesengsaraan
Adalah kami penelisik bilah bilah waktu
pemenuh janji abad ini
Dan di sini, di sawah berpematang janji
benih ditanam dalam hati
:
Adalah kami penebar benih ini
sayang, baju lusuh kulit mengental
itulah bagi kami nyanyi sakral
Mengombak kembang kembang perbukitan
Mengombak pucuk daunan
:
Inilah kami
tanah tanpa peperangan
Inilah kami
tanah tanpa kesederhanaan
Karena kamilah kesederhanaan
Tanah ini tetap bernyanyi
Sayang
. Padang, 2 Oktober
1980
/indra nara persada/
MENERUKA HUTAN-HUTAN SEJARAH
Sendiri meneruka hutan hutan sejarah
bayang bayang pohon baur bermain. Aku tenggelam.
Bernyanyi ‘Padamu Negeri’, asing jadiku ketika kau melambai.
(Sehelai daun jatuh melayang)
Hutan ini makin rapat menjulangkan pucuk pucuk sejarah.
Tanganmu semakin asyik
di pucuk sejarah itu entah apa yang kautemu.
Dan aku di sini
tenggelam dalam bayang pohon berbauran.
(Mulutku masih menggumamkan ‘Padamu Negeri’)
. Padang, 23 Agustus
1980
/indra nara persada/
PERJALANAN EDISI I
Selangkah demi selangkah bunga memakan kakiku
bagai benalu
Darah sekujur tubuh mengelu, nafasku satu-satu
Lihatlah waktu yang tak menampak
Jarak yang bergerak menelan segalanya
Akankah ada tempat persinggahan? Sayang,
kakiku tinggal satu
. Padang, 1980
/indra nara persada/
LAGU DUKA SEORANG GADIS
Suatu senja kelepak camar jadi senyap
Seorang gadis berdiri mencongkel diri
Ditatapnya senja makin muram
Dia bercerita tentang lautnya yang berasap
Tentang gunungnya yang berdebu
Semua pengap
Dia berdendang tentang laut nelayan dan pukat
Bersenandung tentang gunung gadis berkerudung
Semua jauh
“Beningkan semua yang pengap! Kembalikan
semua yang jauh!” pintanya
Aku mengangguk, mencium mulutnya
Asap dan debu di tubuhku
. 1979
/indra nara persada/
SEBUAH JANJI
Bingung dan hilang akal
Kita menggenggam matahari
Malam jongkok di kuburan
Waktu tak menyikat gigi
Ada gelitik merisik meriak melaut
Menenggelamkan jantung
Sebuah janji. Di kedalaman palung
Kita terkurung!
. 1979
/indra nara persada/
BERDIRI DI BAWAH MATAHARI
Berdiri di bawah matahari
kita menjengkal bayang-bayang
Kala matahari jatuh, kita pengganti
memberi bayang setiap tayang
Kala kita jatuh, bayang jadi matahari
menjengkal tubuh kita sejengkal sejengkal
. 1979
/indra nara persada/
SOBEKAN 1
Senyum yang kulerai dalam tangis
sinis dan dendam, Tuhan
rindu yang kuberi pada manis
asin dan kelat
. Padang, 1980
/indra nara persada/
SOBEKAN 2
Lah rimba diri tak dipesiang
Lah lacur hati tak dipecundang
. Padang, 1980
/indra nara persada/
ELEGI 1
Elang berkulik mengetukketuk jendela rumah
Robek robek kata terjatuh
Dan seseorang menunggu
. januari 1980
/indra nara persada/
ELEGI 2
Dahaga kering menahun. Tulang-tulang gurun. Darah.
Mata nyalang, pasir menggelinjang. Owh!
Paha siapa bergetar mengusap semesta harap?
(Malam terpaku. Bisu. Dan berdebu.)
Dari nisbi angin gurun menggebu berpacu merahasia
semesta jawab
. januari 1980
No comments:
Post a Comment