Friday, May 22, 2015

Sajak-sajak INDRA NARA PERSADA, 1976-1980 (6)



/indra nara persada/

NYANYIAN KESEDERHANAAN

(Lihatlah gadis kecil membawa perian
Pundaknya menggulung harapan
Dengarkan gemercik bukit-bukit ini
Bernyanyi bagimu negeri)

Tanah ini bernyanyi sayang

                : Adalah kami bukit bukit kehidupan
                  dari kabut menyapu jalan
                  sayang, itu bukan kesengsaraan
                  Adalah kami penelisik bilah bilah waktu
                  pemenuh janji abad ini

Dan di sini, di sawah berpematang janji
benih ditanam dalam hati

                : Adalah kami penebar benih ini

                  dari sakti tanah berapi
                  sayang, baju lusuh kulit mengental
                  itulah bagi kami nyanyi sakral

Mengombak kembang kembang perbukitan
Mengombak pucuk daunan

                : Inilah kami
                  tanah tanpa peperangan
                  Inilah kami
                  tanah tanpa kesederhanaan
                  Karena kamilah kesederhanaan

Tanah ini tetap bernyanyi
Sayang


. Padang, 2 Oktober 1980


/indra nara persada/

MENERUKA HUTAN-HUTAN SEJARAH

Sendiri meneruka hutan hutan sejarah
bayang bayang pohon baur bermain. Aku tenggelam.

Bernyanyi ‘Padamu Negeri’, asing jadiku ketika kau melambai.
(Sehelai daun jatuh melayang)
(Sejarah berulang samar samar di mataku)
Hutan ini makin rapat menjulangkan pucuk pucuk sejarah.

Tanganmu semakin asyik
di pucuk sejarah itu entah apa yang kautemu.
Dan aku di sini
tenggelam dalam bayang pohon berbauran.
(Mulutku masih menggumamkan ‘Padamu Negeri’)


. Padang, 23 Agustus 1980


/indra nara persada/

PERJALANAN EDISI I

Selangkah demi selangkah bunga memakan kakiku
bagai benalu

Darah sekujur tubuh mengelu, nafasku satu-satu
Lihatlah waktu yang tak menampak
Jarak yang bergerak menelan segalanya

Akankah ada tempat persinggahan? Sayang,
kakiku tinggal satu


. Padang, 1980


/indra nara persada/

LAGU DUKA SEORANG GADIS

Suatu senja kelepak camar jadi senyap
Seorang gadis berdiri mencongkel diri
Ditatapnya senja makin muram

Dia bercerita tentang lautnya yang berasap
Tentang gunungnya yang berdebu
Semua pengap

Dia berdendang tentang laut nelayan dan pukat
Bersenandung tentang gunung gadis berkerudung
Semua jauh

“Beningkan semua yang pengap! Kembalikan
semua yang jauh!” pintanya

Aku mengangguk, mencium mulutnya
Asap dan debu di tubuhku


. 1979


/indra nara persada/

SEBUAH JANJI

Bingung dan hilang akal
Kita menggenggam matahari

Malam jongkok di kuburan
Waktu tak menyikat gigi

Ada gelitik merisik meriak melaut
Menenggelamkan jantung

Sebuah janji. Di kedalaman palung
Kita terkurung!


. 1979


/indra nara persada/

BERDIRI DI BAWAH MATAHARI

Berdiri di bawah matahari
kita menjengkal bayang-bayang
Kala matahari jatuh, kita pengganti
memberi bayang setiap tayang
Kala kita jatuh, bayang jadi matahari
menjengkal tubuh kita sejengkal sejengkal


. 1979


/indra nara persada/

SOBEKAN 1

Senyum yang kulerai dalam tangis
sinis dan dendam, Tuhan
rindu yang kuberi pada manis
asin dan kelat


. Padang, 1980


/indra nara persada/

SOBEKAN 2

Lah rimba diri tak dipesiang
Lah lacur hati tak dipecundang


. Padang, 1980


/indra nara persada/

ELEGI 1

Elang berkulik mengetukketuk jendela rumah
Robek robek kata terjatuh
Dan seseorang menunggu


. januari 1980


/indra nara persada/

ELEGI 2

Dahaga kering menahun. Tulang-tulang gurun. Darah.
Mata nyalang, pasir menggelinjang. Owh!
Paha siapa bergetar mengusap semesta harap?

(Malam terpaku. Bisu. Dan berdebu.)

Dari nisbi angin gurun menggebu berpacu merahasia
semesta jawab


. januari 1980

No comments: