Tuesday, February 14, 2012

Sajak-sajak INDRA NARA PERSADA, 1976-1980 (5)


/indra nara persada/

BENANG KUSUT DALAM KEPALA

Seperti benang kusut yang berendam dalam kepalaku
ditarik keluar perlahan, ditaruh di piring jadi mie.
Tanpa curiga aku memakannya, dan tidur
kekenyangan; seketika bermimpi tentang piring
jadi bulan, bulan jadi talam, talam jadi matahari.
Sekeliling matahari mengurai benang-benang kusut,
menggantung kepalaku menghadang bulan,
mencari piring yang tiba-tiba hilang.


. 1979


/indra nara persada/

KEPADAMU

Bermalam-malam aku mencari sebuah talam
untuk menumpahkan berkolam-kolam hatiku
Tenggelam-gelam aku mencari sebuah ilham
untuk mencairkan bertalam-talam kepalaku
Bersenggama malam aku menghentak-hentakkan kaki
tidur bermimpi
Mu


. 1979


/indra nara persada/

BERI AKU DAGINGMU

seperti seekor rajawali
aku terbang di antara sepi matahari
menyisi kemarau, tak berkedip
langit kukepit di sayapku
mata tumbuh bertangkai : Wahai

beri, beri aku daging pada setiap kelepak kepakku
beri, beri aku daging pada setiap geronggang suaraku
beri, beri aku daging pada setiap raung rinduku
beri, beri aku daging pada setiap bau dagingku

: Wahai
beri, beri aku dagingMu


. 1979 – februari 2012


/indra nara persada/

NYANYI BULAN ANAK-ANAK

Orangtua menimang-nimang bulan
anak-anak bernyanyi,
“Oi bulan di mana, bintang.”
“Di pucuk limau, manis.”

Anak-anak yang mendapatkan bulan dimakan keluang
bertanya-tanya, “Kapan kami datang, bulan?”

Keluang tak menjawab. Hanya suara sengau
di pucuk limau, “Oi nak rang belilah parang.”


. 1979 – revisi 2012


/indra nara persada/

BOCAH KECIL

Bocah kecil bertanya padaku,
“Dari apa langit dibuat?”
“Dari tepung kanji,” jawabku.

Sejak itu si bocah bermain tepung kanji,
membuat langit di setiap rumah,
dan mendapatkan kebijakan,
“Bukan langit yang ada
tapi tepung kanji.”


. 1979 – revisi 2012


/indra nara persada/

KEPADA KU

Sebuah pecut bagiku kelewat indah
untuk dipersembahkan padaNya
Otakku bebal, kepalaku sundal
tak punya akal, padahal

“Muhammad telah lama mangkal di surga tak berpangkal”


. 1979


/indra nara persada/

SEBUAH DIMENSI

Menatingkan susunya di mulutku, seorang perempuan berkata,
“Nikmatilah hidup!” Air hidup itu mengalir membasuh luruh
seluruh tubuhku berendam dan tenggelam.

Aku sedang menyetubuhinya ketika berkata, “Sebuah dimensi
yang hilang dari hidup manusia, kita temukan.
Di sini!”


. 1979


/indra nara persada/

MEMANJAT BONEKA

“Nah, itu tetek,” kata seseorang sambil mengupas kulit pisang.
“Bukan. Itu boneka,” kataku sambil menggenggam kue putu.

Seseorang itu pergi mencari kue putu. Dan aku
bermimpi memanjat-manjat boneka mencari teteknya
kutemui tergantung di bola lampu.


. 1979 – revisi 2012


/indra nara persada/

BONEKA

Kemarin kubeli sebuah boneka yang bisa
bercerita tentang bulan dan matahari
Karena tak mau bermimpi
aku memperkosanya

Waktu istriku melahirkan
aku asyik bercengkerama dengan bonekaku
tentang bagaimana bersenggama yang baik


. 1979


/indra nara persada/

SEBATANG ROKOK SEBATANG PAHA

Antara sebatang rokok yang diisap
dengan sebatang paha yang diusap
terkadang terjadi kesalahpahaman
Paha minta diisap. Dan rokok?
Tak sempat diusap

Agar kita tak salah paham
dapatkah merokok dihentikan
dengan mengusap dan mengisap paha?


. 1979 – revisi 2010

2 comments:

Unknown said...

My big thumb thumb just for you, Da In ^e^)j

indra.nara.persada said...

hi, unknown. thanks a lot. :) :) :)