Thursday, February 9, 2012

Sajak-sajak INDRA NARA PERSADA, 1976-1980 (1)


/indra nara persada/

KEHIDUPAN


Ketika bangsat menggigit pantat
kau pun mengomel,
                - Sialan, bangsat!
Bangsat pun menjawab,
                - Tuhan merestuku dari darahmu


. jakarta, 1976


/indra nara persada/

PERANTAU
 


burung kembara aliran darah
kampung halaman tugu kelahiran


. jakarta, 1976



/indra nara persada/

PADA JALAN INI
 


Pada jalan ini
langkah kita bertaut

dan kita tenggelam di dalamnya
Hingga maut


. september 1976 – januari 1978





/indra nara persada/

SEBUAH JANJI
 


- pada Dadang Priatna NS

Pada jalan ini
telapak telah dijejakkan
Tiuplah anyir darah dan becek udara

Aku pun dalam peluknya


. september 1976, jakarta


 

/indra nara persada/

AKU TERBANGUN
 


Aku terbangun
Setetes air jatuh
Di dada. Aku menjilatnya


. 1977 – revisi 2010



/indra nara persada/

SIANG ITU KULIHAT BULAN
 


Siang itu kulihat bulan
jatuh dalam genggaman
kuludahi di atas pinggan


. 1977



/indra nara persada/

SEEKOR NYAMUK MENAMPAR MUKAMU
 


kala kaututup pintu
seekor nyamuk menampar mukamu
bertanya: - mengapa menangis

dia menjilat airmatamu


. 1977-revisi 2010



/indra nara persada/

KINI DI SINI
 


kini di sini
aku masih berdiri
sendiri
dalam angin tak bertiup laut tak bergeming
            ikan dan burung tak menatap tak bercanda
            langit biru jernih hampa

terkatung dalam angin mati
aku masih berdiri
sendiri
kini di sini


. 1977



/indra nara persada/

RINDU INI

 

Rindu ini tak bertepi
bermuara entah bila
Jemari menggapai mencari
tak berujung entah lama
Hingga kini masih rindu ini
kugenggam bersama masa


. 1977



/indra nara persada/

DALAM SEPI MALAM KUDENGAR GEMA

 

dalam sepi malam kudengar gema
bersama kelepak sayap kelelawar
bersama sipongang lolong anjing
bersama tangis bidadari di bulan merah
bersama desir air musim kemarau
detak telapak ke arahku

: engkaukah Itu?


. 1977



/indra nara persada/

KULALAP SEPI
 


Kulalap sepi bersama mentari
yang memijarkan ubunubunku


. padang, 1977


/indra nara persada/

NENEK, JUBAH, DAN AKU
 


kata nenek waktu itu:
    jubah ini jubahku jubahkau jubahkita
    jangan disobek karena itu tabu

kataku waktu itu:
    jubah ini apa
    apa ini jubah

kata nenek kini:
    jubah ini jubahku jubahkau jubahkita
    jangan disobek karena itu tabu

kataku kini:
    sobek saja
aku bisa bikin jubah sendiri


. padang, juni 1977 


/indra nara persada/

KANDUNGAN


lah sembilan bulan
lahirlah


. 1977



/indra nara persada/

JANJI


lah sampai
kembalilah


. 1978/indra nara persada/

LAGU ITU TERDENGAR SAYUP
 


Siang makin tinggi. Aku sendiri. Berjalan.
Matahari membuat bayang memanjang.
Tak ada lagi kupu berterbangan. Kanak-kanak pun diam.
Sesekali ada suara. Tukang ikan kesiangan.
Dan lagu itu terdengar sayup.

Semua bertumpuk.


. desember 1978 

/indra nara persada/

BOTOL BIR
 


I
Seseorang minum. Kepalanya bergoyang dalam botol bir.
Sambil bergoyang, botol bir minum dalam kepalanya.


II
Di dalam botol bir, seseorang melihat lidahnya menggeliat.
Ketika lidahnya dia potong, botol bir itu pecah.


III
Di sebuah warung, berbotol botol bir pecah.
Birnya tumpah menenggelamkan warung itu.
Seseorang yang sejak tadi minum
mencuci muka, tangan, dan kakinya di sana.
Dan pergi sembahyang.


. 1978



/indra nara persada/

SAJAK SEPOTONG MEJA MAKAN
 


Sepotong meja makan kehilangan
sepotong meja makan.
Sebuah sendok garpu melompat-lompat
karena sendok makan terbawa sepotong yang hilang.


. 1978



/indra nara persada/

DI KOLAM
 


Di kolam, sebuah bayangan menari.
Tangannya terlepas. Bajunya hilang.
Matanya mengintip di antara lelumutan.
Paha-paha telanjang berkejaran, jatuh menimpa mata.
Tak seorang pun ada di sana.


. 1978



/indra nara persada/

SEEKOR CAPUNG JATUH
 


Seekor capung jatuh
terbakar panas Jakarta

terbang lagi. Mengambil
sayapnya yang tergantung di bulan.


. 1978



/indra nara persada/

SURAT DARI SEORANG GADIS DI KOTA
KEPADA BAPAKNYA DI KAMPUNG
 


Bapak,
diriku sudah tak perawan.
Tolong carikan perjaka tulen di kampung
untuk kujadikan kasur tidurku.


. 1978



/indra nara persada/

SENDIRI
 


Hidup sendiri bukan sepi.
Segelas haus kureguk
bara dendam berwujud.

Seperti malam
aku ngembara.
Nyangkut tuju saja.


. padang, 19 april 1979



/indra nara persada/

SEBUAH CERMIN TANPA BINGKAI
 


Sebuah cermin tergantung tanpa bingkai
   karena bingkainya telah dimakan
      cermin itu sendiri


. 1978

No comments: