Thursday, February 9, 2012

Sajak-sajak INDRA NARA PERSADA, 1976-1980 (2)


/indra nara persada/

SAJAK SAKIT KUNING

I
Kata dokter, aku sakit kuning; kencing kuning, mata kuning, kuku kuning. Gigi dan taikku juga kuning, tambahku.
Wah! Bagaimana kalau semua ini jadi emas? Tentu sakitku sakit emas.
Dokter akan menyanderaku di rumah sakit agar bisa mencuri emasku. Dan orang-orang –yang katanya bezoek– ikut mempreteli tanganku, mataku, kakiku, matakakiku, kaki tanganku, kepalaku, jantungku, hatiku, jantung hatiku, dan segalaku.
Esoknya mereka ketularan sakit kuning yang tak mau jadi emas.


II
Kata dokter, hatiku membengkak. Aku harus istirahat tidur-tidur saja.
Aku berpikir, kalau aku banyak bergerak tentu hatiku bisa meledak menghancurkanku.
Wah! Barangkali hatiku adalah Indonesia.


. desember 1977, rsup padang





/indra nara persada/

SAJAK MALAM ANAK SEKOLAH

Malam ini hujan deras
lewat genteng pecah
menetesi buku sejarah nan bisu


. 1977




/indra nara persada/


SETELAH KAU TURUN DARI PANGGUNG

Setelah kau turun dari panggung
orang-orang bertepuk tangan
mungkin gembira karena kau berhasil
mungkin gembira karena kau telah turun
                                   (kau membosankan)


. 1977



/indra nara persada/






KUSERAHKAN DALAM GEMURUH

Tengah malam. Kutunggu kau
keluar dari kamarmu menjemput rinduku.
Kuserahkan dalam gemuruh, kutiup
di keningmu. Rinduku jadi puisi.


. 1977 (revisi 2012)


/indra nara persada/

SAJAK WAKTU MENUNGGUMU

I
Bersama malam lingkupkan sepi
aku tengadah, mungkin dalam tatap mataMu


II
Datanglah datang
dari tempat kedatanganMu
Peluklah peluk
dalam ketat pelukanMu

Aku menunggu


. 1977


/indra nara persada/

BUJANG AYAM

Kawin sudah
Nikah belum


. 1977


/indra nara persada/

PERISTIWA SUATU PAGI

Suatu pagi seorang pelacur berjalan pulang
           sehabis tugas semalaman
Di sebuah tong sampah dia melihat lalat-lalat
           kelaparan karena makanan mereka habis dihanyutkan
           banjir. Tiba-tiba lalat-lalat itu menyerbu pahanya
Setiba di rumah pelacur itu tidak terkejut melihat
          pahanya tinggal sebelah, dan berpikir
          - nanti malam pahaku akan tumbuh kembali


. januari 1978 

/indra nara persada/

SAJAK TIGA EKOR KUPU-KUPU

Kupu-kupu pertama melintas
sayapnya jatuh ke kantongku
dia terbang dengan bayang-bayangnya

Kupu-kupu kedua bermain di selokan
sayapnya robek dan jatuh
dia tak memungutnya
dan terbang dengan kepala ke belakang

Kupu-kupu ketiga sayapnya mengelap kaca jendela
dia terbenam dalam kaca itu


. 1978


/indra nara persada/

KUPU-KUPU KEEMPAT

Kupu-kupu keempat
sayapnya menggeletar
menembus kaca
hinggap di tanganku

(Kuharap dia tak terbang lagi)


. 1978


/indra nara persada/

ORANG-ORANG DAN BULAN

Pagi-pagi ketika membuka jendela
orang-orang melihat bulan bertengger di atap.
Mereka berlompatan dan berebutan menjoloknya.
Bulan tergelincir dan menggelinding, jatuh
ke comberan. Orang-orang diam.
Ternyata bulan telah kotor seperti diri mereka.


. 1978/indra nara persada/

DALAM CERMIN RETAK-RETAK

Dalam cermin retak-retak kita lihat wajah kita
berbaur beratus bahkan beribu tersayat-sayat.
Lalu kita meminum darah dari luka
mengalir. Dan kita merasakan kenikmatan
di kala kencing menyeruak berwarna merah
membasah cermin; mewujudkan baur berjuta.


. 1978/indra nara persada/

PETANI

Aku berkata pada petani yang sedang mencangkul
di sawah, “Kemarau. Waduk kering.”
“Astaga!” jawabnya.
Dia terus mencangkul.
Mata cangkulnya menghadap ke depan.


. 1978/indra nara persada/

DRAMA TIGA BABAK


I

Usungan mayat lewat
Orang-orang bertanya
- Siapa mati?


II

Orang-orang lewat
Bertanya
- Siapa usung mayat?


III

Tak ada lewat
Adam belum turun ke bumi


. 1978


/indra nara persada/

JAKARTA ITU BERKABUT

Jakarta itu berkabut

Kabut itu turun di lorong-lorong becek
mengetuk-ketuk rumah rakyat
bercanda dengan anak-anak tanggung
dan bocah-bocah, kegelian

Kabut itu tertawa di istana
di sepanjang jalan daerah Menteng
menggelitik anak-anak tanggung
dan bocah-bocah, keriaan

Kita yang meletakkan hati di Istiqlal
mata dan kepala ada di Bongkaran
tersenyum dan berkabut
bersama Jakarta


. 1978 (revisi 2012)


/indra nara persada/

HUTAN KECIL HARI SENJA JATUH

angin tiup diri merapuh
sebambu daun luruh lusuh
hutan kecil hari senja jatuh
berpalun gemuruh
berparuh peluh
seluruh taruh
ruh


. 1978


/indra nara persada/

PANTUN ALAM

tanggal kutang tinggal kutang
kutang dalam kutang berparuh
tanggal hutang tinggal hutang
hutang alam hutang bertaruh


. 1978


/indra nara persada/

MASIHKAH BURUNG BERNYANYI

Masihkah burung bernyanyi
kala hatinya bertanya
ada atau tiada

Berkelepak sayap sepi
sampaikan salam pada bunga
dirinya tertatih tanya siapa


. 1978


/indra nara persada/

KUCING KECIL

Kucing kecil itu mengeong, halus dan manja
Kucing kecil itu berjalan, di antara kaki
Kucing kecil itu bermain bola
Kucing kecil itu berlari, manis dan ranggi
Kucing kecil itu berdiri, menggaruk mengasah kuku
Kucing kecil itu makan tulang
Kucing kecil itu menjilat bulu sendiri
Kucing kecil itu: remaja


. 1978

/indra nara persada/

NYAMUK DATANG MEMBAWA KALENG

Nyamuk datang membawa kaleng
menjarah mendarah tubuh

Darah menjelma nyamuk
berkeliaran merah

Nyamuk merah membawa kaleng
menjarah mengaleng tubuh

Kaleng tertumpah
luka dan berdarahan


. padang, desember 1978

/indra nara persada/

SALAM

salam padamu padang
salam padamu pedang
selamat gelap


. 1978